Setiap anak pasti punya potensi, dan biasanya ketika anak masih dalam 10 tahun ke bawah potensi aslinya kentara kelihatan, walaupun tentu tidak semua seperti itu dan kalaupun terlihat tentu hanya segelintir.
Dalam Stifin anak sensing punya potensi dalam kekuatan
memori (hafalan, sejarah dll), anak thinking potensi dalam ilmu matematika
(menghitung, rasional dll), anak intuiting berpotensi dalam seni (menggambar,
warna lukis, nyanyi, menulis dll), anak felling berpotensi dalam memimpin
/membangun hubungan ( pidato, orasi, bergaul dll), anak intuiting potensi keserba bisaannya. Namun dalam beberapa kasus
ada anak-anak yang sudah diketahui mesin kecerdasannya (setelah tes Stifin)
namun ciri khas potensi mesin kecerdasaanya
(seperti di atas) tak terlihat sedikitpun dan bahkan mungkin sebaliknya.
Hal ini pernah saya tuliskan juga sebelumnya tentang anak intuiting yang tidak
terlihat potensi seni dan kreatifitasnya.
Kali ini saya ingin menceritakan tentang beberapa anak yang bermesin kecerdasan Thinking. Salah satunya adalah yang baru saja saya tes Stifin. Dari beberapa yang pernah tes, dan Thinking, setelah dilakukan dialog dan penjelasan ada beberapa anak thinking ini yang malah tidak suka matematika / berhitung dan selalu mendapatkan nilai jelek dalam hasil ujian sekolah. Hal ini pulalah yang terjadi pada anak yang terakhir saya test, anak thinking yang tidak suka dengan matematika. Padahal secara cirri khas thinking adalah penyuka matematika.
Kali ini saya ingin menceritakan tentang beberapa anak yang bermesin kecerdasan Thinking. Salah satunya adalah yang baru saja saya tes Stifin. Dari beberapa yang pernah tes, dan Thinking, setelah dilakukan dialog dan penjelasan ada beberapa anak thinking ini yang malah tidak suka matematika / berhitung dan selalu mendapatkan nilai jelek dalam hasil ujian sekolah. Hal ini pulalah yang terjadi pada anak yang terakhir saya test, anak thinking yang tidak suka dengan matematika. Padahal secara cirri khas thinking adalah penyuka matematika.
Tentu hal ini sangat mungkin terjadi, ada beberapa
kemungkinan, Pertama : ciri khas tentang matematika ini tidak muncul, namun
ciri-ciri yang lain pasti akan terlihat. Dari pengalaman yang ada, anak
thinking yang tidak suka matematika ini cenderung kental dengan ciri-ciri
thingking yang lain seperti : logis,
rasional, kurang peka, dingin, jaga jarak, kritis, ego tinggi, tegas menuntut
hak dan maskulin. Hal ini saya
temukan ketika si anak-anak ini kental
dengan kritis dan ego tinggi. Karena hal ini mereka keras dengan pendapatnya,
marah dengan teriak-teriak dan trus menuntut haknya.
Kemungkinan Kedua : pengaruh lingkungan, hal ini akan sangat
dimungkinkan terjadi ketika yang kita test adalah anak yang berumur belasan
tahun, dengan artian dari kecil dia terpengaruh dengan lingkungan (orang tua,
kawan dan sekolah) yang tidak mendukung
potensi thinkingnya. Anak nya dari kecil punya potensi dengan matematika, namun lingkungan nya tidak
mengasah nya, atau bahkan di arahkan ke lain (seni menggambar dll) oleh
lingkungannya sehinga sampai si anak besar ia tidak suka dengan matematika dan
lemah di bidang ini.
Sehinnga menjadi sangat penting untuk mengetahui potensi
anak sedari dini, setelah tahupun belum
menuntaskan tugas sebenarnya, yaitu pembinaan dan pengasahan potensi anak
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !